Monday, 4 February 2013

Bahan Kursus Pengurusan Jenazah


A. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH

1. Alat dan bahan yang dipergunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazahadalah sebagai berikut:
- Kapas
- Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
- Sebuah spon penggosok
- Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus – Spon-spon plastik
- Shampo
- Sidrin (daun bidara)
- Kapur barus
- Masker penutup hidung bagi petugas
- Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
- Air
- Pengusir bau busuk dan  Minyak wangi
 >Daun Sidr (Bidara)
2. Menutup aurat si mayit

Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya, serta menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam kondisi yang tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar air dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.
3. Tata cara memandikan jenazah

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke atas.
4. Mewudhukan jenazah
Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai bersih.
Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si mayit.
5. Membasuh tubuh jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali jika petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan keras. Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.
Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya) dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).
Faedah
- Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.
- Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram pada saat menunaikan haji.
- Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.
- Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu ia hanyalah sekerat daging yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.
- Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayit.
- Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk disaksikan pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit, atau cacat yang terdapat pada tubuh si mayit dll.


B. TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH

1. Kafan-kafan mesti sudah disiapkan setelah selesai memandikan jenazah dan menghandukinya

Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli dari harta si mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan hutangnya, menunaikan wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak memiliki harta, maka keluarganya boleh menanggungnya.
2. Mengkafani jenazah

Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain. Kemudian didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran kain kafan itu dengan posisi telentang. Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum) dan kapas. Lalu kapas tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah, serta dikencangkan dengan secarik kain di atasnya (seperti melilit popok bayi).
Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya, yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak kakinya, dan juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu, baru kemudian yang sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup auratnya. Menyusul kemudian lembaran kedua dan ketiga, seperti halnya lembaran pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke atas kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat dimakamkan. Dibolehkan mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali atau kurang dari itu, sebab maksud pengikatan itu sendiri agar kain kafan tersebut tidak mudah lepas (terbuka).


SOLAT JENAZAH 






Seringkali kita lihat di sekeliling kita satu persatu orang pergi meninggalkan keluarga dan sahabat handai, itu dinamakan sudah ajal. Apabila seseorang itu mati, maka menjadi tanggungjawab sesetengah daripada manusia di sekelilingnya untuk menguruskan jenazahnya kerana menguruskan jenazah hukumnya fardhu kifayah yakni jika ada satu golongan sudah melaksanakannya, maka semua golongan di sesuatu tempat itu terlepas dari dosa besar.
Walaupun hukumnya fardhu kifayah, apa yang dapat aku lihat masih ramai yang tidak mengetahui bagaimana untuk melakukan solat jenazah. Sebaik-baik mayat yang disolatkan adalah diimamkan oleh anaknya sendiri. Jadi cuba korang tepuk dada dan tanya diri sendiri, apakah aku mengerti melakukan solat jenazah jika orang tuaku meninggal kelak? Tidak malukah jika membiarkan penghormatan terakhir (solat) dilakukan oleh orang lain dari keluarga sendiri?
Persediaan solat jenazah:
·                                 Mayat mestilah diletakkan melintang ke arah kiblat.
·                                 Mayat lelaki kepalanya sebelah kiri imam dan imam berdiri di sebelah kepada atau dada mayat.
·                                 Mayat perempuan kepalanya sebelah kanan imam dan imam berdiri di pinggangnya.
·                                 Bagi solat ghaib, imam dan makmum mengadap qiblat tanda ada jenazah di depan.
Disarankan saf untuk solat jenazah dijadikan sebanyak 3 baris dan makmum yang menyolatkan mayat dituntut melebihi 40 orang. Dalam solat jenazah, tiada rukuk dan sujud, jadi makmum harus berdiri rapat antara satu sama lain dengan makmum yang di hadapan.
Cara solat jenazah:
1. Berdiri dengan betul dan melafazkan niat solat jenazah seperti berikut.
2. Mengangkat takbir pertama (اَ للهُ اَكْبَرُ) berserta dengan niat di dalam hati dan diteruskan dengan membaca surah Al-Fatihah.
3. Mengangkat takbir kedua (اَ للهُ اَكْبَرُ) kemudian membaca selawat ke atas junjungan besar Rasulullah s.a.w seperti berikut.
4. Mengangkat takbir ketiga (اَ للهُ اَكْبَرُ) kemudian membaca doa seperti berikut.
5. Mengangkat takbir keempat iaitu takbir terakhir (اَ للهُ اَكْبَرُ) kemudian membaca doa berikut.
6. Memberi salam ke kanan dan ke kiri.
Selesai beri salam, korang bolelah membaca surah Al-Ikhlas (3 kali), surah Al-Falaq (1 kali), surah An-Nas (1 kali), surah Al-Fatihah (1 kali), surah Al-Baqarah ayat 1-5 (1 kali), ayat Qursi (1 kali) dan baca doa yang sesuai.
————————-
Di atas adalah panduan lengkap bagi yang ingin berlajar bersungguh-sungguh tentang solat jenazah dan jika korang dalam kategori susah untuk mengingati dan menghafal panduan di atas, bolehlah lihat panduan ringkas yang turut aku sediakan di bawah. Yang penting kita mesti tahu bagaimana untuk melaksanakan solat jenazah.
1. Niat dalam hati sambil melafazkan takbir (اَ للهُ اَكْبَرُ) seperti berikut:
Sahaja aku solat jenazah terhadap mayat ini, 4 takbir, fardhu kifayah kerana Allah Ta’ala.
Kemudian baca surah Al-Fatihah.
2. Setelah takbir kedua, baca selawat ke atas Nabi.
Allahumma salli ala Muhammad wa ala ali Muhammad.
3. Setelah takbir ketiga, baca doa berikut.
Allahummargh firlahu warhamhu (untuk mayat lelaki)
Allahummargh firlaha warhamha (untuk mayat perempuan)
Untuk mayat kanak-kanak yang belum baligh, tidak dibacakan doa ini kerana mereka masih tidak dikira dosa pahala oleh malaikat.
4. Setelah takbir keempat, beri salam ke kiri dan ke kanan.
Nota: Artikel ini dihasilkan setelah merujuk dua ustaz yakni Ustaz Nor Amin dan Ustaz Azhar Idrus.



No comments:

Post a Comment